16 Juli 2009

FIGHT AGAINTS THE KILLER











contoh Guru Killer

Ini kejadian yg termasuk paling berkesan saat aq SMA kelas 3. aq bersekolah di SMA Don Bosko (tapi tukang njaga rental PS langgananku (Choechoet) bilangnya SMA Dol Bakso). Waktu kelas 3, aq masuk IPA hanya dengan modal berani (nilai Mat dan pelajaran IPA sebenarnya pas-pasan tapi setelah wali kelas II-ku tanya,”KOK kamu takut?” aq jadi brani trima tantangan, selain itu rencana aq kuliahnya emang mau di jurusan Teknik, jadi harus dr IPA biar nggak kesulitan). Sebenarnya waktu kelas 3, pelajarannya nggak bisa aq kuasai dg baik terutama matematika.

Suatu hari (sori kaya dongeng soalnya aq lupa kapan), guru Mat-ku yg bernama Pak Eko mengajar soal Matrix. Asal tahu saja, Pak Eko mendapat gelar resmi sebagai guru Ter-Killer se-DB walau menurutku nggak begitu galak, mungkin ia disebut Killer karena suka “membunuh” otak anak2 didiknya dengan soal mat-nya yg VERY (12.849.367)2X DIFFICULT (itung sendiri Very-nya ada berapa) mana ngajarnya expresinya dingin lagi. Saat mengajar Matrix, Pak Eko tanya pada aq sambil menunjuk soal Matrix yg dia buat di papan Tulis,”Marius, mungkin kamu ada pendapat (baca: cara mengerjakan) terhadap soal ini?” Aq jujur bilang,”Nggak ada, pak!!”. Pak Eko tanya lagi,” Kalo gitu, apa kamu punya usul atau saran?” Aq jawab,” Juga nggak ada, pak!!”. Serentak temen2 sekelas ketawa terbahak-bahak. Pak Eko ndeketi aq lalu sambil menarik tanganku dia bilang,” Sana cari pendapat di Perpustakaan!!” Aq terpaksa keluar menuju ke Perpus sambil masih mendengar tawa temen2. tapi setelah mo sampai perpus aq balik lagi tapi lewat jalan lain (jalan taman kodok). Di pelataran Aula, ada anak2 3IPA2 (Aq 3IPA1) yg dihukum Pak Bambang (guru ter-Killer no.2) krn ga garap PR fisika. Aq tanya mereka soal yg diberi Pak Eko coz banyak orang pinter di sana. Tapi pada nggak bisa. Setelah jam pelajaran ganti, aq boleh masuk dan pak Eko memberiku bonus soal tadi harus bisa dikerjakan besok atau aq hrs menikmati enaknya ruangan Perpustakaan lagi. Saat istirahat temen2-ku masih ketawa-ketiwi saat ingat kejadian itu tapi ada juga ngasih saran(sambil menahan geli juga sih) bilangnya,”Us, Kamu kalo ngomong , jangan terlalu ceplas-ceplos.” Besoknya, saat pagi aq ketemu pak Eko dan dia bilang,” Salahnya menentang pak Eko.” Dan benarlah siangnya aq menikmati enaknya perpus coz nggak bisa ngerjain soal itu walau udah tanya pada para pakar IPA di kelas 3IPA1 seperti Sammy, Yulius lan sanes-sanesipun.