09 Januari 2014

Problem-Solving Violence VS Endless Revenge: Anime VS Sinetron masa kini

Mengawali Blog di Januari, Jujur aku ingin curhat soal resolusi 2014 tapi kemudian aku batalkan dan aku kembali ke prinsip yang aku pegang di awal tahun: "Ibarat daun ditiup angin, Mengikuti Alur kehidupan membawa aku entah kemana". Bukan berarti aku pasrah tetapi aku hanya merencanakan sesuatu tapi tidak memikirkan itu keras-keras. Mending beraksi aja. karena aku tahu dunia itu suck... ga akan membiarkan aku menikmati jalannya rencana2 yang aku susun, dan ending2 nya stress dan tanpa progress. Dan aku juga tahu dunia ga akan membiarkan aku memendam dalam potensi diriku terlalu lama. True Story:) dan karena prinsip baru ini, aku berdebat sama si Priceless di FB waktu tahun baru dan sampai sekarang kami masih diam2an (Bukan berarti marahan tapi karena dia jarang onlen FB aja) .

Aku yang merantau di Jogja dari kampung halaman ( 1 hari perjalanan... kalo jalan kaki. Kalo nge-bis sih paling 3 jam), TV menjadi salah satu hiburan di saat senggang selain Laptop, HP dan I-net.

Sayangnya aku sekarang hanya nonton TV sekitar jam 10 malam saat film-film Box Office penuh sensor , Siaran olah raga, Berita "yang ga mau aku pikir dalam2 kebenarannya", atau sekedar stand up komedi atau jam dimana kartun (Spongebob, Pinguin Of Madagascar dll) ditayangkan. Lalu selebihnya? Mending aku internet-an, maenan HP atau berlaptop ria. Acara TV isinya Sinetron ga jelas, Show Musik ga jelas, infotaiment ga jelas, Politik ga jelas, reality show (?) ga jelas. Selain itu serial Anime (kartun jepang) hanya tersisa sedikit seperti Shinchan dan Doraemon (ini sih abadi).

Aku teringat akhir 90-an hingga 2009-an lah saat kartun, tokusatsu, dan anime marak di televisi Indonesia. Bahkan di hari minggu, sebuah stasiun TV pernah menyiarkan anime dari jam 5 pagi hingga jam setengah 12 siang. Dulu bahkan aku harus apal jadwal acara, sebab anime dan kartun yang aku mau tonton ada di lintas stasiun TV. Sekarang?
  • Sabtu: setengah 7- Setengah 9 ada Doraemon Petualangan. 
  • Minggu: 07:30 Shinchan lanjut 08:00 Doraemon, 08:30 Bima Ksatria Garuda (dah tamat) atau kalau beruntung Kamen rider movie
  • Nunggu iklan soal film kartun Pixar yang sering diulang2
  • Spongebob dan Penguin Madagascar
  • Bangun jam 3 atau 4 pagi kalau beruntung
Kenapa serial Anime dan serial anak pada umumnya menghilang perlahan2? ini tebakanku entah benar entah sok tahu:
  1. Rating Penonton (Tebakanku ini faktor utama)
  2. Biaya Anime (lisensi mungkin kemahalan berbanding terbalik ma rating)
  3. Salah kaprah sebagian besar masyarakat Indonesia yang menganggap anime dan kartun SEMUA adalah tontonan anak2
  4. Anggapan mengajarkan kekerasan kepada anak
  5. Anggapan Menyebarkan Pornografi pada anak
  6. %%$$$$@#@#% (Sensor karena terlalu kasar)
Di blog ini, Aku hanya fokus pada poin ke 4
 dan aku akan membandingkan dengan sebagian besar sinetron masa kini. Kenapa aku tulis sebagian besar sinetron masa kini? karena sinetron jaman dulu seperti Si Doel Anak Sekolahan dan Keluarga Cemara mutunya jauh lebih bagus dari yang sekarang.

Warning!!! yang baca Blog ini harus:
  1. Siap mental kalau aku lebih memberatkan Anime daripada sinetron masa kini
  2.  Bersedia memahami kalau yang aku ungkapkan adalah sudut pandangku saja dan 100% subjektif
  3. Bersedia berpikir kalau yang aku tulis bukan generalisasi anime maupun sinetron masa kini
KEKERASAN VS DENDAM

seperti yang aku sebut di Poin 4: Anime dianggap menyebarkan budaya kekerasan kepada anak. Benarkah? Tidak salah karena  memang beberapa anime memang aksi yang penuh kekerasan dan pukul-pukulan secara eksplisit. Lalu, apa yang diberikan sinetron masa kini kepada generasi bangsa kita: saling dengki, saling dendam, karakter utama yang terlalu sabar.
Dua-duanya berdampak buruk dong? Iya tapi tolong baca dibawah ini:

Problem-Solving Violence (Anime)
Beberapa anime secara eksplisit menampilkan adegan pukul-pukulan, saling serang, hingga saling bunuh. Tapi jangan salah. Tolong ingat baik kutipan saya ini: " Kekerasan sering menjadi satu-satunya jalan untuk menyelesaikan masalah. Walaupun itu bukan solusi terbaik"

Jika anda menonton sebuah serial anime, anda pasti akan diberi penjelasan secara gamblang dan jelas kenapa kekerasan menjadi solusi terakhir. Bisa jadi karena mempertahankan diri, bisa jadi karena dendam.

Tapi pengelolaan dendam dan amarah di sini berdampak signifikan bagi karakter (Prota or Anta). Si Karakter selalu ditampilkan belajar dan berusaha keras untuk mengalahkan saingannya dengan cara yang elegan, "berguru dengan orang yang berpengalaman" atau "sekedar belajar mandiri" atau yang aneh lagi "Saat bertarung, tiba-tiba api semangat hidupnya menggebu-gebu dan tercipta jurus baru :D"

Saat bertarung antar karakter pun ditampilkan secara adil dan seimbang dari segi jumlah (biasanya 1 lawan 1) dan jarang  keroyokan kecuali kroco yang satu jurus tumbang semua. Tampaknya karakter2 tersebut sama-sama memiliki harga diri yang tinggi sehingga "malu" ngajak teman buat ngeroyok.

Saat bertarung, biasanya tidak hanya adu otot aja, tiap karakter juga adu strategi dan otak sehingga efektif menggunakan jurus. tetapi jarang sekali berbuat curang seperti diam2 menyimpan pistol atau pisau atau senjata yang bukan resmi specialis dia atau bukan bagian dari strategi dia. Mungkin karena harga diri mereka yang tinggi dan rasa percaya diri pada kemampuannya yang besar.

Setelah salah satu kalah (jika tidak terbunuh):
  • Ada beberapa yang puas dan menganggap perselisihan mereka selesai dan tak ada dendam
  • Karakter yang menang akan memberi nasihat, atau khotbah (Prota) atau ngompori (Anta) kepada yang kalah sehingga mereka tahu kesalahannya, dan akan lebih baik lagi dalam kehidupannya
  • Yang kalah akan jadi temen yang menang.
  • Yang kalah berjanji akan bertarung dengan yang menang lain waktu... bukan karena dendam tapi penasaran kepada kekuatan yang menang

 ENDLESS REVENGE (Sinetron masa kini)
Kalo sinetron masa kini sebagian besar isinya adalah selalu diawali dengan iri antagonis dengan salah satu karakter protagonis yang sukses, lalu mulai memasang siasat untuk mencelakakan karakter karakter utama dengan cara: Fitnah, bullying, saling tuduh, nyewa preman buat ngeroyok karakter prota, mencelakakan karakter prota hingga masuk rumah sakit. kalo taktik A gagal, karakter anta pake taktik B, taktik C, hingga infinite taktik.

Herannya, karakter protagonis senjatanya hanya 2:" Sabar" dan " air mata". Sabar sih emang penting tapi kalo terlalu sabar dan membiarkan harga dirimu diinjak-injak dan dirimu selalu disakiti sama aja bodoh atau jangan-jangan mengidap... MASOKISME.

Sedangkan karakter anta semakin taktik gagal dan prota semakin sabar justru dendamnya menjadi2 dan semakin ingin mencederai. Antagonis sinetron masa kini terkesan kejam dan ga da baik2nya. Apalagi kalo api dendam menyelimutinya: "Mata melotot dan bibir dimonyong-monyongin sambil berbicara dalam hati gimana melampiaskan dendam". atau jangan2 karakter anta ini mengidap SADISM.

Karena rangkaian dendam dan sabar tiada henti ini pantas aja membuat sinetron masa kini seolah2 kehilangan setir dan memakan episode hingga ratusan... mungkin bisa ribuan. Dan kesan yang aku pikirkan malah jadi  kaya BDSM dimana karakter antagonis harus melampiaskan "nafsu" dengan menyiksa karakter protagonis yang justru semakin disiksa semakin "nafsu". Saya menantikan  ada adegan sinetron yang menampilkan antagonis memakai cambuk dan lilin panas lalu menyiksa Protagonis yang malah minta lebih disiksa.

OK otak bokep guwe mulai merasuki jiwa makanya kita cukupkan sampai disini membahas BDSM nya... janji

Well dua ulasan diatas hanya pengamatan saya sebagai konsumen yang sering dibilang sok tahu. Jujur aku lebih berat ma Anime dan aku tidak memaksa anda untuk menyetujui pendapatku... semua terserah anda

Sebagai penutup, aku akan memberi sebuah fakta lapangan saat aku sekolah dulu:
"Saat 2 orang teman laki-laki berselisih paham. Penyelesaiannya mudah. Selesai pelajaran dan kelas sepi. Mereka berdua disuruh duel 1 lawan 1 disaksikan seluruh anak laki-laki sekelas hingga mereka puas. Besoknya atau paling lama seminggu, kedua laki2 yang berselisih itu sudah bisa saling bicara, saling tertawa, bahkan ada yang menganggap segalanya selesai. Semua ini dilakukan agar 1 kelas tetap kompak dan ga da geng2an. Kesatuan sosial lebih penting dari sepercik dendam"